Sejarah Lakadaung

Home » » Sejarah Lakadaung
Bismillahirrahmanirrahim.....

Assalamualaikum Wr,Wb......
Kali ini admin akan share tentang sejarah tempat kelahiranku  tinggalku, aku lahir di Anabanua tapi bertempat tinggal di lakadaung. Lakadaung adalah tempat dimana aku menghabiskan masa masa kecilku dulu(emangnya udah tua :v), aku memulai sekolahku di TK PGRI Maddennuang lalu aku melanjutkan pendidikanku di SDN 272 Dualimpoe dan....ppffttt. Ngapain aku bercerita tentang masa laluku, Ok ini mari kita ke topik pembahasan ini dia sejarah lakadaung



Dualimpoe adalah kelurahan di Kecamatan Maniangpajo, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, Indonesia.

Sejarah Laju’ adalah kampung yang mula-mula didiami oleh penduduk. Pada suatu ketika penduduk kampung tersebut terkena musibah penyakit (SAI = Bahasa Bugis), maka masyarakat meninggalkan kampung tersebut atas dorongan pemimpinnya yang bernama La Tappu Dg. Patekke. Oleh pemimpinnya memilih bukit yang berhutan bambu yang disebut BULO dan disinilah menetap dan dinamai kampung BULOE. Orang pertama yang memimpin kampung tersebut bernama Guliga.

Karena perkembangan penduduk dan kebijakan pemerintah Kampung BuloE menjadi lingkungan dengan kepala lingkungan sekarang bernama Barang. Kampung lain yang didiamo oleh penduduk Laju’ selain BuloE adalah SarasaE. Perkembangan pembangunan yang pesat menyebabkan semakin luasnya perkampungan pada bukit-bukit disekitarnya. Penambahan wilayah ini disebut Maddaung, sehingga kampung ini selanjutnya disebut Lakadaung yang sekarang dikepalai oleh H. Songgo W. Sedangkan Laju’ dan Sarasae kini menjadi lahan pertanian (sawah) Pada tahun 1967, Kampung BuloE dan Lakadaung kemudian dilebur menjadi satu desa yang bernama Desa Lasitabba. Pemberian nama tersebut berasal dari bahasa hasil kerajinan tangan penduduk dengan bahan dari bambu (bulo) yang kemudian menghasilkan lembaran dinding yang bernama Tabba Desa Lasitabba kemudian dilebur dengan kampung-kampung tetangganya yang ada di Wanua Anabanua, yaitu Kampung Bolamallimpong, Alausalo, Jongkang, Lompopalia, dan Cebbia. Peleburan kampung-kampung tersebut melahirkan Desa Anabanua yang pertama kali dipimpin oleh H. Husaini.

Karena ada perubahan tata ruang ibukota Kecamatan Maniangpajo pada tahun 1984, Desa Anabanua kemudian berubah status menjadi Kelurahan Anabanua. Pada tahun 1992, dilakukan pemekaran kelurahan. Bolamallimpong dan Alausalo tetap bergabung pada Kelurahan Anabanua, sedangkan Jongkang, Lompo Palia dan Cebbia bergabung pada satu Kelurahan Persiapan serta BuloE dan Lakadaung juga bergabung pada satu Kelurahan Persiapan.

Berdasarkan Peraturan Mendagri No. 4 Tahun 1994, Tanggal 3 Februari 1994 tentang Kelurahan Persiapan, Kelurahan Persiapan DualimpoE yang kala itu dikepalai oleh Drs. Andi Ismirar Sentosa mendapat amanah sebagai berikut: (1) nama Kelurahan adalah DUALIMPOE, yang berarti kampung BuloE digabung dengan Lakadaung menunjukkan bilangan 2 (dua). Kata LIMPOE berarti tempat domisili. (2) Ibukota Kelurahan baru tersebut berkedudukan di Lingkungan BuloE. (3) Para Kepala Lingkungan: Marewangeng di Lingkungan BuloE, dan Sudirman di Lingkungan Lakadaung Pada tahun 1994, Kelurahan DualimpoE defenitif menjadi Kelurahan DualimpoE dan dipimpin oleh Andi Jamerro. Kemudian digantikan oleh Drs. Andi Tengkong lalu Andi Rasli Sarampa. Pada tahun 2001 dinahkodai oleh H. Abdul Rahman P, S.Sos. yang kemudian digantikan oleh Ilyas Yakub. Lalu Eka Sapran, S.IP., M.Si. Sekarang dipimpin oleh Andi Makkulawu, S.H., M.Si.

Penduduk Kelurahan DualimpoE dengan luas 22,11 km2 terletak diujung selatan Kecamatan Maniangpajo yang berbatasan langsung dengan Kecamatan Tanasitolo disebelah selatan, Kecamatan Majauleng disebelah timur dan Kecamatan Belawa disebelah barat. Sedangkan disebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Anabanua. Penduduknya lebih dominan berkerja dibidang pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan peternakan). Di Kelurahan DualimpoE ada 2 (dua) agama besar yaitu Islam yang dominan berdomisi di Lingkungan Lakadaung dan Hindu Tolotang yang lebih dominan berdomisi di Lingkungan BuloE. Tempat peribadatan berjumlah 2 (dua) yaitu Masjid Istiqamah BuloE dan Masjid Nurul Amin Lakadaung. Selain itu, juga terdapat 5 (lima) sarana pendidikan formal yaitu TK PGRI Maddennuang Lakadaung, PAUD Melati BuloE, SDN 54 DualimpoE, SDN 216 DualimpoE, dan SDN 272 DualimpoE.a
.
Share this article :